“Sekolah Keluarga di Bukittinggi merupakan inisiatif Ibu Hj. Yessi Endriani Ramlan Nurmatias, selaku Ketua TP PKK Kota Bukit Tinggi, bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atau disingkat Dinasi P3APPKB. Diawali pada tahun 2018, dengan uji coba di 3 kelurahan. Kini jumlahnya sudah mencapai 12 kelurahan. Nah sebelum uji coba tersebut dilakukan, semua konsep, narasumber, materi dan modul pelatihan disusun oleh Dinas P3APPKB. Dalam pelaksanaannya, melibatkan Forkompinda dan dinas terkait. Pesertanya adalah ibu-ibu, namun tidak menutup kemungkinan bapak-bapak juga boleh ikut serta. Setiap angkatan harus mengikuti 16 kali pertemuan, dan untuk meraih kelulusan, prasyarat minimal peserta wajib mengikuti 80% kehadiran. Setelah diwisuda, peserta disamping diberi bekal untuk mendidik anak juga diberi pelatihan dan ketrampilan bagaimana cara berusaha”, ungkap Drs. Noverdi, Asisten Pemerintahan dan Kesra Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Noverdi hadir ke Jakarta beserta Tim Lomba Desa dan Kelurahan Provinsi Sumatera Barat, untuk memenuhi undangan Ditjen Bina Pemdes, Kementerian Dalam Negeri, pada Kamis, 8 Agustus 2019. Pada Lomdeskel Tahun 2019 ini, Kelurahan Manggis Ganting, Kecamatan Mandiangin Koto Selatan, Kota Bukittinggi masuk 5 besar Lomba Desa dan Kelurahan Nasional Tahun 2019 Kategori Kelurahan.
Sekolah Keluarga menjadi salah satu inovasi kemasyarakatan yang dipaparkan oleh M. Nur, SH, Lurah Manggis Ganting di hadapan Dewan Juri Lomdeskel Nasional Tahun 2019. Kelurahan yang berhasil menjadi duta Lomdeskel Tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat Kategori Kelurahan, memiliki visi pelayanan : terwujudnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Cepat dan Efisien, efektif, Ramah, Ikhlas dan Akuntabel. Atau disingkat CERIA. Kelurahan Manggis Ganting adalah Juara Provinsi dan masuk 5 besar Lomdeskel Nasional Tahun 2019 Regional I yang sedang berkompetisi untuk meraih Juara Regional I (meliputi seluruh wilayah Sumatera).
Diawali dari keprihatinan Ibu Hj. Yessi Endriani terhadap kondisi moralitas masyarakat terlebih kondisi moralitas anak-anak dan remaja yang semakin memprihatinkan, maka lahirlah ide tersebut. Fungsi keluarga sebagai madrasah pertama dan utama setiap generasi bangsa, perlahan kian luntur tak berdaya membentuk karakter keluarga. Setidaknya ada 5 tantangan keluarga yang menyebabkan rentannya ketahanan keluarga yaitu : narkoba, pornografi, LGBT, kekerasan terhadap kaum perempuan dan AID/HIV. Kelima persoalan inilah yang ingin dipecahkan dengan Sekolah Keluarga ini.
Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, menunjukkan adanya fakta bahwa secara komulatif jumlah kasus HIV Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2002 – 2016, mencapai 1.506 kasus dan HIV mencapai 1.831 kasus positif. Sedangkan di Bukittinggi, sudah ditemukan kasus AIDS/HIV sebanyak 177 kasus. Kondisi tersebut, jelas mengindikasikan adanya ancaman yang cukup serius bagi Kota Bukittinggi 10-20 tahun ke depan yang harus dicari solusi.
“Visi Sekolah Keluarga adalah terciptanya generasi muda yang berkualitas melalui ketahanan keluarga. Adapun misi Sekolah Keluarga adalah menyelamatkan keluarga dari permasalahan keluarga sekaligus meningkatkan kapasitas orang tua dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anaknya”, Jelas M. Nur, SH Lurah Manggis Ganting bersemangat.
Hal yang sangat menarik dari konsep Sekolah Keluarga tersebut bahwa Sekolah Keluarga dilakukan di wilayah Kelurahan, agar mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat. Mendayagunakan berbagai potensi publik yang dimiliki oleh Pemerintah Desa / kelurahan : Kantor Lurah, atau ruang pertemuan lain untuk kuliah, untuk praktek dan untuk wisuda dsb. Untuk menjadi pintar, peserta tidak harus mengeluarkan banyak uang, tidak harus jauh dari keluarga dan apalagi meninggalkan rumahnya merantau ke kota. Sebuah ide yang cerdas !
Materi yang diberikan meliputi 20 materi antara lain Fungsi Agama, Fungsi Sosial, Fungsi Cinta Kasih, Fungsi Perlindungan, Fungsi Pendidikan, Fungsi Pelestarian Lingkungan, Fungsi Reproduksi dan Fungsi Ekonomi.
Adapun pengajarnya terdiri dari Instansi Vertikal, Organisasi masyarakat/profesi, SKPD terkait, Tim Parenting Yayasan Minang Peduli, dan pengusaha sukses di Bukittinggi. (Agt)