Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo saat menyerahkan Gunungan kepada Ki Mantep Soedarsono tanda dimulainya Pagelaran Wayang Kulit
JAKARTA ∎ Ribuan warga sangat antusias menghadiri Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Lapangan tempat digelarnya acara tampak penuh sesak oleh warga yang sangat rindu akan seni pertunjukan yang menampilkan dalang kondang Ki Mantep Soedarsono ini.
Sebagaimana telah diwartakan sebelumnya bahwa dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-71, Kementerian Dalam Negeri pada tanggal 27 Agustus 2016 menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Ki Mantep Soedarsono. Acara berlangsung di halaman Kantor Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa – Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Jl. Pasar Minggu Km. 19 Jakarta Selatan.
Ir. I Gede Suratha, MMA, Sekretaris Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, selaku panitia penyelenggara acara dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pagelaran Wayang Kulit ini dimaksudkan sebagai wahana sosialisasi dan transformasi nilai-nilai budaya luhur yang sangat terkait dengan amanat rencana jangka panjang nasional, yakni terwujudnya negara yang maju, memenuhi kriteria-kriteria kemajuan sebuah negara, juga diperintah secara demokratis yang sejalan dengan nilai budaya dan sejarah bangsa.
Kegiatan ini, lanjut I Gede Suratha, dimaksudkan untuk mensosialisasikan materi pokok UU Desa, yakni bagaimana membangun ketahanan dan perlindungan masyarakat melalui pendekatan sosial budaya dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Dokumen Kependudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam sambutannya Nata Irawan, SH, M.Si, Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kemendagri, menyampaikan bahwa acara Pagelaran Wayang Kulit ini merupakan momentum bagi kita untuk membulatkan kepribadian dan kebudayaan bangsa yang terus bergerak dinamis dari hari ke hari, dan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada kita dalam melakukan revolusi mental, sebagaimana agenda prioritas pemerintah yg dituangkan dalam Nawa Cita Pemerintahan Jokowi-JK.
“Tentunya lakon Pagelaran Wayang Kulit ini sangat relevan dengan agenda Pemerintah yang saat ini begitu intensif melakukan gerakan untuk merubah karakter bangsa”, tegas Nata Irawan. “Lakon wayang dengan tema ‘Konflik Perbatasan Wilayah Tuggorono’ menggambarkan bahwa kehidupan kemasyarakatan akan selalu mencerminkan dua sisi watak dan kepribadian manusia yang baik dan buruk. Dalam hal ini Negara harus mampu mengorganisir hal tersebut. Oleh karenanya negara harus dibangun secara demokratis berdasarkan butir-butir Pancasila’, paparnya.
Ditegaskan bahwa dengan semangat yang selalu memegang teguh membangun negara yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang budaya, kita berdoa agar negara yang kita cintai ini menuju ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr’.
Dalam uraian selanjutnya disampaikan bahwa acara ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk menggugah kembali nilai budaya bangsa yang kita miliki, sehingga dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang, sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. “Jadikan seni budaya masyarakat sebagai salah satu unsur perekat dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan ketenteraman, sehingga kita tidak mudah terprovokasi oleh berbagai isu yg tidak bertanggung jawab”’ tegas Nata Irawan mengingatkan.
Di akhir sambutannya, senada dengan I Gede Suratha, Nata Irawan menghimbau agar masyarakat dapat membudayakan diri untuk melengkapi dokumen Kependudukan secara lengkap mulai Akte Kelahiran, e-KTP, sampai Akte Kematian. “Jadikan dokumen Kependudukan sebagai separuh nyawa kita semua”, tandasnya
Sebagaimana telah diwartakan sebelumnya bahwa dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-71, Kementerian Dalam Negeri pada tanggal 27 Agustus 2016 menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Ki Mantep Soedarsono. Acara berlangsung di halaman Kantor Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa – Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Jl. Pasar Minggu Km. 19 Jakarta Selatan.
Ir. I Gede Suratha, MMA, Sekretaris Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, selaku panitia penyelenggara acara dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pagelaran Wayang Kulit ini dimaksudkan sebagai wahana sosialisasi dan transformasi nilai-nilai budaya luhur yang sangat terkait dengan amanat rencana jangka panjang nasional, yakni terwujudnya negara yang maju, memenuhi kriteria-kriteria kemajuan sebuah negara, juga diperintah secara demokratis yang sejalan dengan nilai budaya dan sejarah bangsa.
Kegiatan ini, lanjut I Gede Suratha, dimaksudkan untuk mensosialisasikan materi pokok UU Desa, yakni bagaimana membangun ketahanan dan perlindungan masyarakat melalui pendekatan sosial budaya dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Dokumen Kependudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam sambutannya Nata Irawan, SH, M.Si, Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kemendagri, menyampaikan bahwa acara Pagelaran Wayang Kulit ini merupakan momentum bagi kita untuk membulatkan kepribadian dan kebudayaan bangsa yang terus bergerak dinamis dari hari ke hari, dan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada kita dalam melakukan revolusi mental, sebagaimana agenda prioritas pemerintah yg dituangkan dalam Nawa Cita Pemerintahan Jokowi-JK.
“Tentunya lakon Pagelaran Wayang Kulit ini sangat relevan dengan agenda Pemerintah yang saat ini begitu intensif melakukan gerakan untuk merubah karakter bangsa”, tegas Nata Irawan. “Lakon wayang dengan tema ‘Konflik Perbatasan Wilayah Tuggorono’ menggambarkan bahwa kehidupan kemasyarakatan akan selalu mencerminkan dua sisi watak dan kepribadian manusia yang baik dan buruk. Dalam hal ini Negara harus mampu mengorganisir hal tersebut. Oleh karenanya negara harus dibangun secara demokratis berdasarkan butir-butir Pancasila’, paparnya.
Ditegaskan bahwa dengan semangat yang selalu memegang teguh membangun negara yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang budaya, kita berdoa agar negara yang kita cintai ini menuju ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr’.
Dalam uraian selanjutnya disampaikan bahwa acara ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk menggugah kembali nilai budaya bangsa yang kita miliki, sehingga dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang, sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. “Jadikan seni budaya masyarakat sebagai salah satu unsur perekat dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan ketenteraman, sehingga kita tidak mudah terprovokasi oleh berbagai isu yg tidak bertanggung jawab”’ tegas Nata Irawan mengingatkan.
Di akhir sambutannya, senada dengan I Gede Suratha, Nata Irawan menghimbau agar masyarakat dapat membudayakan diri untuk melengkapi dokumen Kependudukan secara lengkap mulai Akte Kelahiran, e-KTP, sampai Akte Kematian. “Jadikan dokumen Kependudukan sebagai separuh nyawa kita semua”, tandasnya
Menteri Dalam Negeri didampingi Dirjen Bina Pemdes berfoto bersama Ki Mantep Soedarsono dan para Pekerja Seni yang mendapatkan penghargaan
Pada kesempatan tersebut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo menyerahkan Piagam Penghargaan sebagai bentuk apresiasi Pemerintah kepada Ki Mantep Soedarsono dan Pekerja Seni lainnya yang dengan dedikasinya yang sangat luar biasa telah mempertahankan budaya dalam bentuk Pertunjukan Seni Wayang Kulit.
Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk ini dibuka oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo yang ditandai dengan penyerahan Gunungan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Ki Mantep Soedarsono.
Warga yang ikut menyaksikan pagelaran, membludak hingga di depan panggung, berbaur dengan Menteri Dalam Negeri dan pejabat lainnya
Hadir dalam Pagelaran Wayang Kulit ini, di samping Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Yuswandi A. Tumenggung, Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Sony Sumarsono, Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Nata Irawan, dan segenap jajaran Kementerian Dalam Negeri, juga hadir ribuan warga dari seluruh penjuru Jakarta dan sekitarnya.
Red: Lia/Hm/Jam