Pengalaman keberagaman tersebut disampaikan presiden di depan acara Tanwir I (Rapat Kerja Nasional) Pemuda Muhammadiyah, di Tangerang, Rabu sore, 30 November 2016.
“Semua provinsi, 34 provinsi, sudah saya kunjungi. Sudah hampir separuh kabupaten/kota dari 516 kabupaten/kota alhamdulillah juga sudah saya kunjungi. Dari titik nol di Sabang sampai titik di timur, di Merauke,” ujar presiden mengawali ceramah kebangsaan. Presiden kemudian melanjutkan berbagi pengalamannya. Beliau menceritakan perjalanannya ke Kabupaten Nduga, yang presiden yakini belum ada yang pernah berkunjung ke sana. Sebab, dibutuhkan upaya ekstra untuk mencapai wilayah terisolasi di kabupaten tersebut.
“Karena dari Wamena ke Nduga itu memerlukan waktu 4 hari jalan. Karena tidak ada jalan menuju ke sana, adanya hanya jalan setapak. Saya naik heli dari Wamena ke Nduga. Di Kabupaten Nduga tidak ada aspal, ada kotanya tapi tidak ada aspalnya. Saudara-saudara bisa membayangkan, itulah saudara-saudara kita,” kisahnya.
Suasana kontras dari yang selama ini dirasakan di Ibu Kota turut dirasakan di wilayah lain yang presiden kunjungi. Seperti di Miangas misalnya, yang disebutnya lebih dekat jaraknya dengan Filipina.
“Itu kalau dari Manado ke Pulau Miangas, kalau naik kapal itu 12 jam, itu di Kabupaten Talaud. Saya adalah presiden pertama yang ke Pulau Miangas. Dihuni oleh hanya 800 orang, kira-kira 220 KK (kepala keluarga). Ke Filipina kira-kira hanya 1 setengah hingga 2 jam naik kapal,” terang presiden.
Dari sekian banyak perjalanan dan kunjungan tersebut, Presiden Joko Widodo akhirnya menyadari dan merasakan betul, bangsa Indonesia sangatlah beragam. Bahkan, dalam satu provinsi yang ia kunjungi, ia mendengar salam lokal yang berbeda-beda.
“Inilah yang harus kita rawat dan kita jaga. Jangan sampai ada satupun di antara kita yang tidak menyadari itu. Kita hanya ingin mengingatkan bahwa kita memang beragam,” imbuhnya.
Tak henti-hentinya Presiden Joko Widodo berpesan mengenai pentingnya sopan santun, khususnya di ranah media sosial. Dirinya menyinggung soal celaan dan hujatan yang marak di media sosial belakangan ini. Dalam kesempatan tersebut, presiden sekali lagi mengemukakan betapa etika dan sopan santun harus dijaga. “Inilah perlunya dakwah lewat media sosial. Dengan akhlakul karimah sehingga yang saya sebut tadi bisa hilang semuanya, yang ada adalah yang baik-baik,” ajak presiden.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menyebarkan optimisme di era persaingan global ini. Sebab, salah satu yang diperlukan untuk menghadapi persaingan tersebut ialah semangat berjuang. “Karena memang persaingan itu berat. Posisi daya saing kita sekarang ini nomornya jauh sekali kalau dibandingkan dengan negara tetangga,” lanjutnya.
Setidaknya terdapat tiga hal yang menurut presiden menyebabkan lemahnya daya saing Indonesia sekarang ini. Korupsi, inefisiensi birokrasi, dan kesiapan infrastruktur merupakan tiga persoalan besar yang dihadapi Indonesia dalam upaya memenangkan persaingan dengan negara lain.
“Tapi saya meyakini Pemuda Muhammadiyah kalau semangatnya seperti tadi, kalau seluruh pemuda di negara kita seperti tadi militansinya, dalam situasi apapun saya yakin kita akan memenangkan persaingan itu,” ujarnya sekaligus mengakhiri ceramah kebangsaan.
Hadir mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut ialah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjutak.
sumber: presidenri.go.id