blog image
Created by : admin - 2019-10-26 14:01:56

Wajah Kantor Desa Ponjong yang Romantis

Tertegun sejenak saat menatap pertama kali wajah kantor Desa Ponjong. Kesan romantisme kisah klasik novel Jawa langsung menyergap. Suasana yang damai, aman, nyaman dan sejahtera seakan tersirat di dalamnya. Terlepas dari tingkat kemakmuran masyarakat yang senantiasa harus terus diperjuangkan, wajah kantor desa tersebut seakan menerminkan suasana batin yang “nrimo ing pandum”, dan seanantias mensyukuri nikmat.

Desa Ponjong adalah salah satu desa dari 144 desa di Kabupaten Gunung Kidul. Dapat ditempuh dari kota Wonosari kurang lebih setengah jam dengan jarak tempuh k.l 20 km.  Sementara kota Wonosari sendiri dapat ditempuh dari kota Yogyakarta dengan tempo 1 jam (kondisi biasa) dengan jarak tempuh k.l 35 km. Sebagaimana banyak desa lain di Gunung Kidul, banyak warga desanya yang merantau ke kota terutama di Yogyakarta, Solo dan Jakarta. Setiap tahun mereka mudik lebaran berkumpul dengan sanak kerabat dan handai tolan, setelah sebulan penuh menunaikan ibadah Ramadhan.

Selepas musim panen, budaya rasulan atau bersih desa masih rutin diselenggarakan di seluruh dusun. Dalam tradisi ini menjadi kesempatan penting bagi para perantau untuk menggembirakan sanak kerabatnya seperti wayangan, bersih desa, perbaikan tempat ibadah, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, perbaikan jalan desa dsb.
Di tengah keheningan desa Ponjong karena banyak ditinggal oleh warga, beberapa tahun terakhir ini Desa Ponjong bak “kembang desa”, yang banyak menjadi bahan perbincangan. Bukan anak pak lurah atau pak kades yang cantik jelita dan mulai menginjak masa remaja, melainkan karena ada BUM Desa yang menjadi magnet wisatawan Nusantara.
 
Lokasi Wisata Water Byur Desa Ponjong yang dikelola oleh BUM Desa

Jauh sebelum terbitnya UU Desa di awal tahun 2014, tepatnya pada tahun 2010, Desa Ponjong, sebuah desa di ujung Timur Kabupaten Gunung  Kidul, telah berinisiatif mendirikan BU Milik Desa. Berawal dari usaha fotocopy  dan toko alat tulis. Namun dalam perjalanan waktu, tak disangka, usaha kecil tersebut justru telah berjasa melahirkan sebuah usaha yang sangat membanggakan dan sekaligus mensejahterakan.
 
Menurut Nur Jauhari, Direktur Keuangan Water Byur saat diwawancari 14/7 2016 lalu, keuntungan usaha wisata air yang dikelola oleh BUM Desa Ponjong ini telah menampakkan hasil yang menakjubkan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, budaya publikasi “gethok tular” yang dulu hanya dapat dilakukan dari mulut ke mulut dengan jangkauan terbatas, kini telah termodernisasi melalui media sosial : WA, BB, tweeter, facebook dll.  Sehinga Water Byur pun tidak lagi dikenal hanya oleh masyarakat Desa Ponjong, tetapi juga dikenal oleh banyak orang sejauh jaringan sosial tersebut diakses oleh jaringan. Tak heran pada saat lebaran Juli 2016 lalu, mobil dari berbagai plat pun berbondong-bondong membanjir ke Desa Ponjong.
Dilaporkan oleh Nur, bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) Water Byur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang luar biasa. Dari SHU sebesar Rp 15 juta pada tahun 2012, meningkat 100% menjadi sebesar Rp 32 juta tahun 2013, Rp 64 tahun pada 2014, Rp 90 pada tahun 2015, dan target di tahun 2016 ini sebsar Rp 140 juta. Dari SHU ini dialokasikan untuk desa, BKM, manajemen dan pengembangan dll.

Berkah lain dari adanya wisata air ini, adalah terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat desa Ponjong. Baik yang langsung bergabung dalam manajemen sebanyak 5 orang, operasional teknis 12 an orang, penasehat  4 orang dan komisaris. Maupun masyarakat yang mengambil peran di bidang parkir, kuliner, kaki lima, dsb.
 
            Ditanya tentang sejarahnya, Nur menjelaskan bahwa berkembangnya BUM Desa yang hanya diawali usaha foto copy dan alat tulis ini, karena adanya bantuan dari Pemda sebesar Rp 40 juta. Kebetulan saat mengawali pengembangan BUM Desa pada tahun 2011, Ponjong menjadi peserta Lomba Desa tingkat Nasional TA 2011, dan Ponjong mendapat nilai kejuaraan. Berkat kejuaraan yang diraih pada tahun 2011 ini, BUM Desa mendapat tambahan modal. Kemudian pada tahun itu juga ada program Neighborhood Development (ND) kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Korea. Dari program ini tersedia dana sebesar Rp 1 milyar untuk pemberdayaan masyarakat. Atas kesepakatan para tokoh masyarakat, diputuskanlah dana tersebut digunakan untuk pengembangan tempat pemandian yang sudah ada puluhan tahun, dengan sumber mata air yang tak pernah kering.
 
Permasalahan berikutnya muncul, karena untuk mengelola usaha dengan modal sebesar itu, tidak akan berhasil tanpa penanganan secara serius dan profesional. Akhirnya pembicaraan para tokoh masyarakat mengerucut pada kesepakatan agar usaha wisata desa air tersebut dikelola oleh BUM Desa yang sudah ada. 

Gasebo Bantuan Pemerintah TA 2015
 
Dengan keseriusan  dalam mengelola BUM Desa,  tanpa melibatkan tenaga konsultan profesional, manajemen Water Byur terus berupaya meningkatkan kinerjanya. Promosi dan publikasi terus dilakukan termasuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Keuntungan yang diperoleh setiap tahun, terus dipergunakan untuk mempercantik bangunan dan melengkapi fasilitas permainan.
Pada tahun 2015, berkat dukungan pemda, melalui Dinas PU, Wisata Water Byur mendapat bantuan pembangunan gasebo untuk wisata kuliner senilai Rp 1 milyar. Maka semakin lengkaplah Wisata Water Byur sebagai wisata keluarga maupun wisata komunitas yang memiliki hajadan. Ke depan menurut Nur, sedang dipersiapkan wisata buah-buahan yang lokasinya tidak jauh dari Water Byur.
Keberhasilan Desa Ponjong dalam menyelengga     rakan BUM Desa ini, seakan telah menjadi magnet bagi banyak desa di berbagai wilayah Indonesia untuk studi banding. 
(Red – Agt)