blog image
Created by : admin - 2019-10-26 14:01:56

Salah satu aktivitas keamanan di Kelurahan Rejowinangun

 

Secara administratif Lomba Desa Dan Kelurahan Tahun 2016, Kelurahan Rejowinangun memiliki dokumen-dokumen yang sangat rapi dan lengkap. Hal tersebut memudahkan tim penilai dalam mememeriksa kelengkapan dokumen dan memudahkan dalam melakukan pembobotan penilaian administrasi.

            Kelurahan rejowinangun merupakan perangkat Kecamatan Kotagede, Kodya Yogyakarta. Memiliki luas wilayah 1,25 Km dengan 13 RW dan 49 RT serta jumlah penduduk 12.146 jiwa dengan 3591 KK.

            Pada tahun 2015, Kelurahan ini terpilih sebagai Juara Pertama Perlombaan desa dan kelurahan tingkat Provinsi DI. Yogyakarta. Dan pada tahun 2016, Kelurahan Rejowinangun kembali terpilih menjadi Juara Pertama tingkat Provinsi DIY. Hasil Evaluasi perkembangan kelurahan Tahun 2016, menempatkan Kelurahan Rejowinangun di peringkat pertama dengan skor nilai 389 (tahun 2014) dan 393 (tahun 2015) dengan kategori Kelurahan Cepat Berkembang.

Sederet prestasi pernah di raih kelurahan rejowinangun. Mulai dari tingkat local hingga nasional, bahkan penghargaan dari Presiden RI Bapak Ir. Joko Widodo yaitu Adhikarya Pangan Nusantara atas prestasinya dalam mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan tahun 2015. Pada Lomba Desa dan Kelurahan Tahun 2016 ini, berhasil menempati urutan II Wilayah II, yang meliputi wilayah Jawa dan Bali.

Retnaningtyas, Lurah Kelurahan Rejowinangun sudah menjabat sebagai lurah sejak tahun 2010. Dengan antusias menjelaskan alasan mengapa Rejowinangun layak menjadi juara.

“Perasaan campuraduk dan senang sekali. Dua kali kelurahan kami juara propinsi DIY. Sekarang kami masuk regional, ini sangat membanggakan bagi masyarakat kami. Memimpin adalah menggerakkan, mengerakkan seluruh elemen masyarakat, mengembangkan potensi diri dan mengolah potensi lingkungan.. Bergerak bersama masyarakat dan bukan menyuruh. Pemimpin harus terus berkarya dan berinovasi sehingga masyarakat terinspirasi. Adapun pembeda kelurahan Rejowinangun dengan kelurahan lain, Rejowinangun berhasil membangun dengan sistem klaster. Yaitu membentuk klaster-klaster potensi setiap wilayah kelurahan. Sehingga dengan klaster itu, masing-masing klaster mudah dikenali karakteristiknya. Hal ini membuat mudah dalam membuat program kegiatan. SKPD sangat dimudahkan sekali”, ungkapnya.

“Di tahun 2012, kami berhasil meraih 20 kejuaraan. Salah satunya masyarakat Rejowinangun mampu membuat kripik daun dengan 272 macam daun dan ini berhasil memecahkan rekor muri. Rekor Muri berdampak sangat luar biasa, karena dengan pemecahan rekor MURI tersebut, semua media mengeksposenya. Maka terjadilah booming luarbiasa. Tahun lalu juga satu-satunya kelurahan yang mendapat penghargaan dari presiden, yaiu penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara atas prestasinya dalam mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan tahun 2015. Kami juga mengembangkan Sistem ketahanan pangan. Kami juga punya lumbung hidup ..... ”, lanjut Retnaningtyas menguraikan betapa kreatifnya masyarakat Rejowinangun.

Inovasi tersebut sangat unik dan merupakan yang pertama di Kota Yogyakarta. Mulai di rintis sejak tahun 2010, Kelurahan bersama tokoh masyarakat mencoba menggali potensi yang dimiliki dan membagi wilayah kelurahan sesuai dengan potensinya masing-masing (system cluster). Pembagian wilayah ini tidak semata-mata membagi wilayah saja, tetapi disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Potensi-potensi tersebut kemudian dicluster menjadi 5 yaitu:

  1. Kampung Budaya. Dengan potensi diantaranya : Wayang, Karawitan, Sanggar Tari, Keroncong, Jathilan anak, Mocopat, Hadroh, Angklung, Gejog Lesung, dll
  2. Kampung Kerajinan. Dengan potensi diantaranya Kerajinan kulit, Fiber, Ukir kayu, Batik tulis dan jumputan, Suttlecok, Lukis kaca terbalik, Wayang kulit, Pemanfaatan limbah plastic, dll
  3. Kampung Herbal. Dengan potensi  sebagai sentra pembuat jamu gendong dan jamu instan. Kampung herbal menanam tanaman herbal disetiap rumah, jalan dan gang dengan pemanfaatan lingkungan yang ada.
  4. Kampung  Kuliner. Dengan potensi sebagai sentra kuliner dimana banyak sekali rumah tangga yang membuat makanan kecil. Dalam pemasarannya pemerintah kelurahan menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat khususnya RT,RW,PKK, dan lembaga social lainnya untuk menggunakan produk local dalam setiap kegiatan.
  5. Kampung Agro. Terletak di RW 11, 12, dan 13 dengan spesifikasi masing-masing RW berbeda. Saat ini kampung agro menjadi icon kelurahan rejowinangun dengan nama Kampung Wisata Agro Edukasi. Selain itu kampung agro ini juga pernah masuk dalam museum rekor Indonesia dengan pembuatan keripik dau varietas terbanyak (273 jenis daun)

Selain system cluster diatas, Kelurahan Rejowinangun juga memiliki       konsep Inovasi Kampung Berdaya. Yang terdiri dari:

  1. Sistem Informasi Kampung (SIK). Sebagai media pengelolaan database kependudukan.
  2. Sekolah Anak Kampung (SAK). Sebagai gerakan mempersiapkan generasi yang memiliki kepekaan terhadap manusia dan lingkungannya.
  3. Tim Siaga Kampung (TSK). Merupakan gerakan warga yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana melalui prinsip-prinsip PRB (Penanggulangan Resiko Bencana)
  4. Ekonomi Kreatif Kampung. Merupakan upaya yang dilakukan warga guna menggali potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan ksejahteraan warga.

(Red : Agt-Jam)